Pendidikan adalah hak dasar bagi setiap orang, tanpa memandang agama, kelas sosial, ras, dan jenis kelamin. Jauh-jauh hari pasca kemerdekaan para pendiri bangsa Indonesia sudah mencantumkan hak dasar pendidikan bagi setiap warga dalam undang-undang dasar. Namun, terlihat ironis masih banyak warga Indonesia yang tidak mampu bersekolah. Bahkan tak sedikit anak-anak usia sekolah tidak melanjutkan pendidikannya lantaran faktor kemiskinan. Mereka harus bekerja keras mencari nafkah membantu orang tuanya baik di bidang pertanian, pembantu rumah tangga, sektor jasa maupun manufaktur. Bagi mereka mungkin itu adalah sebuah kewajaran karena menyangkut kelangsungan hidupnya. Berdasarkan surve sebuah lembaga yang fokus terhadap permasalahan pekerja anak, tahun 2009 tercatat ada sekitar 2,3 juta anak di Indonesia yang menjadi pekerja. Jumlah ini sebagian besar tersebar di pelosok Indonesia, namun tak sedikit pula berada di kota-kota besar. Jumlah tersebut tidak menutup kemungkinan akan terus bertambah setiap tahunnya apabila pemerintah tidak memperhatikan dunia pendidikan dan pekerja anak. Mengenai hal ini pemerintah sendiri melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) akan mengembalikan pekerja anak ke bangku sekolah secara bertahap. Di tahun 2012 ada 10.750 anak yang dikembalikan ke sekolah dan ditahun 2013 ditargetkan mencapai 11 ribu pekerja anak. Aksi ini dilakukan sesuai yang diamanatkan Presiden dalam keputusannya No. 52 tahun 2002 tentang rencana aksi nasional penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk anak.
Kegiatan
yang dilakukan pemerintah untuk menarik pekerja anak dan mengembalikannya ke
sekolah perlu diapresiasi. Namun hal ini harus memiliki sinergi antar
kementerian seperti kementerian pendidikan dan kebudayaan. Harus diketahui
pula, apa yang menjadi penyebab anak-anak usia sekolah melakukan pekerjaan yang
semestinya tidak dilakukannya? Sebagian besar yang menjadi penyebabnya adalah
faktor kemiskinan, di mana anak-anak harus membantu orang tua mencari nafkah
dengan risiko meninggalkan dunia pendidikan. Penyebab lainnya adalah faktor
mahalnya biaya pendidikan, sehingga masyarakat tidak bisa menjangkaunya. Harus
diakui bahwa ada perbedaan yang sangat mencolok di antara sekolah-sekolah yang
ada di Indonesia, di mana kualitas pendidikan tidak menyebar secara merata.
Pendidikan
itu sangat mahal, sehingga tidak banyak penduduk Indonesia yang bisa menikmati
hal yang mewah itu. Lantas siapa yang harus menyediakan sarana pendidikan bagi
masyarakat Indonesia, kini walaupun
segala fasilitas yang dibutuhkan untuk kelancaran proses penyelenggaraan
pendidikan telah disiapkan oleh pemerintah, tetapi masih banyak masalah yang
timbul sebagai akibat dari masyarakat itu sendiri., utamanya perhatian,
pengertian dan kesadaran para orang tua terhadap kebutuhan pendidikan bagi
anak-anaknya masih sangat rendah. Hal tersebut tampak pada adanya kecenderungan
sebagian besar orang tua murid yang lebih mementingkan penggunaan tenaga anak
dalam memenuhi kebutuhan keluarga daripada kepentingan anak untuk mendapatkan
pelayanan pendidikan yang memerlukan waktu yang cukup.
Ada
anggapan sebagian besar orang tua bahwa anak merupakan tenaga kerja yang
sewaktu-waktu dapat dibutuhkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga. Hal
ini banyak berlaku di kalangan masyarakat petani dan nelayan yang
dilatarbelakangi oleh pendidikan yang rendah, pendapatan yang rendah, dan
pekerjaan yang tidak menentu, sehingga kebutuhan keluarga tidak dapat dipenuhi
sebagaimana layaknya. Tingkat pendidikan yang rendah dapat pula berakibat pada
persepsi yang negatif dan sikap orang tua yang apatis terhadap pendidikan anak.
Pemanfaatan
anak usia sekolah dasar untuk membantu orang tua mencari nafkah keluarga
merupakan tindakan yang kurang peduli terhadap pendidikan anak. Dikatakan
demikian, karena usia sekolah dasar merupakan masa yang paling penting dalam
proses pembentukan kepribadian anak yang paling fundamental. Hal ini
dikarenakan anak usia sekolah dasar merupakan masa pencarian dan pembentukan
identitas diri anak terhadap dunia dan lingkungannya. Pada masa ini, anak mulai
bersosialisasi dengan baik untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dan
masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu, pada masa ini dituntut perhatian yang
sungguh-sungguh dari orang luar dirinya, utamanya dari orang tuanya agar
seluruh aspek yang terlibat dalam proses pembentukan identitas diri dapat
berlangsung secara utuh. Perhatian utama dari orang tua terhadap pendidikan di
sekolah dasar merupakan aspek yang paling penting, karena pendidikan di sekolah
merupakan proses yang dapat melengkapi seluruh aspek kebutuhan dalam
pembentukan kepribadian anak dibandingkan dengan pendidikan keluarga.
Namun
demikian, pendidikan di sekolah bagi seorang anak tidak selalu dapat berjalan
mulus dan terpenuhi dengan baik disebabkan anak dimanfaatkan oleh orang tuanya
untuk membantu mencari nafkah keluarga. Dimanfaatkannya anak usia sekolah dasar
untuk mencari nafkah keluarga disebabkan oleh berbagai faktor, seperti: faktor
latar belakang pendidikan orang tua, faktor tingkat pendapatan keluarga, dan
faktor sikap orang tua terhadap pendidikan anak di masa depan.
Latar
belakang pendidikan orang tua merupakan faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya pemanfaatan anak usia sekolah dasar, karena pendidikan dapat
mencerminkan wawasan mereka untuk menanggapi suatu permasalahan tertentu.
Melalui pendidikan, orang tua dapat mempertimbangkan berbagai faktor yang
menguntungkan kehidupan masa depan anaknya. Demikian pula, tingkat pendapatan keluarga
memegang peranan penting terhadap kesempatan anak untuk mengikuti pendidikan di
sekolah dasar. Pendapatan keluarga yang memadai, orang tua dapat memenuhi
seluruh kebutuhan keluarga termasuk pembiayaan anak untuk sekolah. Dengan
pendapatan keluarga yang memadai, orang tua dapat memenuhi kebutuhan anak dalam
mengembangkan kemampuan anak-anak mereka melalui kegiatan di luar sekolah.
Selain itu, sikap terhadap pendidikan merupakan suatu tanggapan atau respon
orang tua terhadap pentingnya pendidikan. Bila respon orang tua terhadap
pentingnya pendidikan untuk masa depan anak mereka positif, maka dapat
dipastikan bahwa perhatian terhadap pendidikan anak di sekolah juga tinggi,
demikian sebaliknya.
Berdasarkan
deskripsi uraian di atas, diduga bahwa latar belakang pendidikan orang tua,
tingkat pendapatan keluarga dan sikap orang tua terhadap pendidikan menjadi
penyebab pemanfaatan anak usia sekolah dasar untuk membantu orang tua mencari
nafkah.